Dunia itu Sempit!
Gadis itu perlahan membuka matanya.
Cahaya matahari yang menembus celah-celah tirai kamarnya membuatnya terbangun
dari mimpinya.
“Husna! Bangun, sudah siang!”
Suara dari luar kamarnya membuatnya
terdorong untuk beranjak dari tempat kesayangannya; kasurnya.
“Iya, Maa..” Husna menyahut dengan
malas. Dia berjalan kearah pintu kamarnya, saat ia membuka pintu kamarnya, ibu
nya sedang berdiri tepat di hadapannya.
“Aduh, Ma.. Ini kan hari libur! Kok
pagi-pagi gini udah ngebangunin Husna, sih?”
“Hey, sekarang sudah siang, jam 8 lho.”
kata ibunya sambil mengelus rambut Husna.
“Mama.. Kalau hari libur, jam 8 itu
masih pagi, Ma..”
Hari itu memang hari libur. Dua hari
yang lalu adalah pembagian rapor semester 4 di sekolah Husna, SMP Merdeka. Dan
hasil rapor nya? Tidak diragukan, dia meraih nilai tertinggi di kelasnya. Dan
sekarang, Husna sudah jadi anak kelas 9!
“Husna, kamu ingat tidak hari ini hari
apa?” kata ibunya.
“Hari libur, Ma..”
“Aduh, Nak.. Pikiran kamu kok ke libur
terus, sih? Maksud mama, nama hari nya, hari apa?”
“Hmm.. Husna lupa.”
“Hmm.. Kalau kamu lihat ini pasti
ingat.”
Ibunya mengeluarkan 3 lembar kertas
yang sedari tadi ia sembunyikan di balik tangannya, dan ia menyimpannya tak
jauh dari mata Husna.
Husna menyipitkan matanya agar dapat
melihat kertas itu lebih jelas. Dalam waktu kurang dari 5 detik, matanya
langsung terbelalak.
“Hari Selasa! Ketemu teteh! Ayo ke
Malang!”
Husna yang tadinya lemas dan malas-malasan,
seketika berubah menjadi segar dan semangat. 3 lembar kertas itu benar-benar
telah menyihirnya! Husna pun langsung berlari ke kamar mandi. Ibunya hanya
tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat anaknya itu.
Ternyata, 3 lembar kertas itu adalah
tiket kereta. 3 tiket kereta menuju Malang untuk Husna, ibunya, dan ayahnya.
Memang, mereka telah merencanakan liburan kali ini untuk pergi ke kota Malang,
untuk mengunjungi kakak perempuan Husna yang menetap disana.
***
Sore harinya, Husna dan kedua orang
tuanya pergi menuju sebuah stasiun kereta di kota Bandung. Perjalanan
Bandung-Malang memakan waktu sekitar 1 malam. Untuk mengisi waktunya itu, Husna
mengirim pesan singkat kepada teman dekatnya di sekolah, Dini.
To : Dini (081234567890)
Hey, lagi ngapain? Bosen nih.. :(
5 menit berlalu. Dini belum juga
membalas pesan Husna.
“Ah, mungkin udah tidur kali ya.” ujar
Husna sambil memasukkan handphone ke saku rok nya. Ia pun terlelap seiring
dengan merdunya suara hujan gerimis di luar sana.
***
Husna membuka matanya. Rupanya ia masih
di dalam kereta.
“Lama banget sih sampainya.” Husna
meringis.
Ia melihat keluar jendela,
roman-romannya, ini sudah di Jawa Timur. Benar saja, 10 menit kemudian, ia
sampai di stasiun. Dengan semangat, Husna menuruni kereta. Udara pagi di kota
Malang benar-benar sejuk kala itu. Dari stasiun, ia langsung menuju kediaman
kakak perempuannya yang dirindukannya itu.
Sekitar 30 menit, akhirnya ia sampai di
tempat tujuannya.
“Assalamu’alaikum..”
Seseorang dari dalam membuka pintu
rumah tersebut.
Terdengar suara anak kecil yang khas
dari balik pintu. “Wa’alaikumussalam..”
“Aaaaaddeeeeek..!!” Husna langsung
memeluk anak kecil itu yang ternyata adalah keponakannya. Tak lama kemudian,
muncullah sesosok perempuan yang sudah tak asing lagi bagi Husna, yaitu kakak
perempuannya.
“Teteh..!!” Husna ganti memeluk kakak
perempuannya yang ia panggil teteh. Selepas itu, mereka berkumpul bersama
melepas kerinduan diantara mereka.
Hari-hari di Malang dilewati Husna
dengan suka ria, canda, bermain bersama keponakan kecil nya, dan tak lupa
berpetualang di kota Malang.
Tak terasa 1 minggu sudah terlewati.
Saatnya Husna dan kedua orang tuanya pulang kembali ke kota asal, Garut.
Sehari sebelum kepulangannya ke Garut,
Husna mengirim kembali pesan singkat pada temannya, Dini. “Ah, siapa tahu
sekarang sms-nya di balas.” kata Husna dalam hati.
To : Dini (081234567890)
Din, liburan kemana nih?
2 menit kemudian, handphone Husna
berbunyi, menandakan ada sms yang masuk.
“Nah, pasti ini Dini!” ujarnya sambil
tersenyum dan meraih handphone nya.
Ia melihat layar handphone nya.
“Yaaah.. Malah sms dari operator!” ujar
Husna meringis.
Beberapa menit kemudian handphonenya
berbunyi kembali.
“Nah, ini baru bener dari Dini!”
From
: Dini (081234567890)
Aku liburan di Surabaya :D kamu liburan
kemana, Na?
“Hah? Surabaya? Deket Malang, dong.
Sama-sama Jawa Timur. Kok bisa sama gini ya?” Husna mengetik kembali balasan
sms nya.
To : Dini (081234567890)
Wah? Bener di Surabaya? Aku lagi di
Malang, Din! Cuman besok juga pulang sih.
From
: Dini (081234567890)
Bener, Na.. Aku juga besok pulang kok.
Malang? Deket dong?
To : Dini (081234567890)
Masa? Pulangnya naik apa? Kalo aku sih
naik kereta.
From
: Dini (081234567890)
Naik kereta juga :D kamu kereta apa,
Na? Jangan-jangan samaan juga nih.
To : Dini (081234567890)
Turangga, kamu?
To : Dini (081234567890)
Tuh kan sama! Aku juga Turangga!
“Hah? Masa sih sama? Hmm.. Apa Dini
cuma bercanda? Dia kan seneng bercanda!” Husna melanjutkan kembali mengetik
pesannya pada Dini.
To : Dini (081234567890)
Ahh, kamu bercanda ya, Din?
From
: Dini (081234567890)
Nggak lah.. Seriusan..
To : Dini (081234567890)
Hmm.. Iya deh. Turangga yang jam 6
bukan? Gerbong berapa? Aku gerbong 3.
From
: Dini (081234567890)
Iya jam 6. Gerbong 3 juga. Ih, kok sama
sih?
“Haduh ini si Dini beneran bercanda
nih. Masa dari kereta, jam berangkat, gerbong, semuanya samaan?”
Masih dengan rasa ketidakpercayaannya,
Husna segera tidur karena keberangkatan kereta besok adalah di pagi hari, jam
6.
***
Pukul 4 pagi, Husna sudah terbangun. Ia
bersiap untuk pulang ke Garut. Ia teringat kembali Dini yang katanya naik
kereta yang sama, jam yang sama, gerbogn yang sama dengannya.
“Ma, boleh lihat tiket kereta kita?”
kata Husna sambil melahap sarapannya.
“Ini. Kenapa, Na?” Ibunya menyodorkan tiket
kereta itu.
Husna memperhatikan baik-baik huruf
yang tertera disana.
“Turangga. Jam 6. Gerbong 3. Husna
nggak salah lihat kan, Ma?”
“Iya, bener kok. Emang kenapa?” kata
ibunya dengan penuh rasa heran.
“Itu, temen Husna, Dini. Mama tahu kan?
Katanya sekarang dia ada di Surabaya dan mau pulang juga ke Garut hari ini.
Keretanya sama lho, Ma. Jam berangkatnya juga, gerbongnya juga. Kok bisa gitu
ya? Apa dia cuma bercanda? Dia kan orangnya gitu, Ma, suka bercanda.” Papar
Husna panjang.
“Oh, iya? Bisa aja dia bener, Na. Dunia
kita ini sempit, bisa aja kalian ketemu di tempat yang jauh kayak Malang ini.”
“Iya sih, cuman..”
“Ah, sudah, lanjutin dulu makannya!”
“Hmm..” Husna melanjutkan sarapannya.
***
Pukul 5, Husna dan kedua orangtua nya
menuju stasiun kereta. Masih dengan rasa tidak percaya nya, Husna meng-sms
kembali Dini.
To : Dini (081234567890)
Din, beneran nih Turangga jam 6 gerbong
3? Aku udah di stasiun.
From
: Dini (081234567890)
Bener.. Masih di jalan nih.
Husna duduk di ruang tunggu. Mulai
terlihat banyak orang yang berlalu-lalang disana. Tapi hingga pukul 05.30,
sosok Dini tak juga dijumpainya.
“Tuh kan, jam segini aja belum ada.
Berarti dia bohong nih.” ujar Husna kesal.
Entah kenapa, Husna ingin sekali
melihat ke pintu masuk stasiun. Dan saat ia melihat ke arah pintu masuk,
terlihat sesosok gadis yang tak asing baginya. Badannya tidak terlalu tinggi,
berkulit putih, memakai baju biru. Ya! Itu Dini!
Husna segera beranjak dari tempat
duduknya. Ia memfokuskan matanya kembali pada orang itu, takutnya, ia salah
lihat. Orang itu berjalan semakin dekat ke arahnya. Dia melambaikan
tangannya pada Husna. “Hey, Husna! Aku nggak bohong, kan!”
Ya, benar! Itu benar-benar Dini!
“Hah? Kamu serius Dini, kan?” Husna
masih saja tak percaya.
“Iya lah, Na! Haduh, kamu itu gimana,
sih!”
“Ih, kok bisa sih, Din, kita ketemu
disini? Aku kira kamu bercanda. Biasanya kan kita ketemu di sekolah, di Garut.
Kok ini bisa di Malang, sih? Haduh, dunia ini emang sempit ya, Din!” Husna
tertawa.
“Haha, iya nih. Anehnya, kita satu
kereta, satu gerbong lagi!”
“Iya! Eh, boleh lihat tiket kamu? Kita
foto aja, yuk! Temen-temen di sekolah pasti nggak nyangka tentang pengalaman
kita ini, gimana?”
“Haha, boleh juga tuh!” Dini
mengeluarkan tiket keretanya.
Jepret! Mereka mengambil foto bersama
dengan tiket mereka itu.
Jam 6, kereta Turangga membawa Husna
dan Dini pergi meninggalkan kota Malang yang penuh kenangan bagi mereka.
Benar-benar pengalaman yang unik bagi
Husna dan Dini. Ah, dunia ini memang sempit, kawan!
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق